Kamis, 07 Juli 2011

Ketika Amal-Amal Kita Diangkat ke Langit

Ketika Amal-Amal Kita Diangkat ke Langit

Usamah bin Zaid ra bertanya : “Wahai rasulullah, aku tidak pernah melihat engkau berpuasa pada satu bulan sebagaimana engkau berpuasa di bulan Sya’ban.” Rasulullah saw menjawab, “Itu adalah bulan yang dilalaikan manusia, antara bulan Rajab dan bulan Ramadhan., dan itu juga merupakan bulan diangkat di dalamnya amal-amal seorang hamba kepada Rabbul alamin. Aku ingin amal-amalku diangkat dalam keadaan aku sedang berpuasa.” (HR. Bukhari Muslim).

Seharusnya, pada hari-hari ini, kita sudah terlatih dengan letih dan penat yang muncul karena haus dan lapar menjalankan puasa sunnah. Seharunya pada bulan ini, kita sudah lebih dekat dan merekarkan munajat kepada Allah swt, di waktu malam, lebih dari bulan-bulan sebelumnya.
Kita hampir berada di bulan sya’ban.
Satu bulan yang memisahkan kita hanya beberapa hari saja dari kehadiran bulan penuh rahmat, bulan Ramadhan. Satu bulan yang menurut banyak ulama, bahwa amal-amal sunnah di bulan itu menjadi salah satu indikator keberhasilan seorang hamba dalam menjalankan amal-amal ibadah di bulan Ramadhan nantinya. Satu bulan yang menurut Rasulullah saw, banyak dilalaikan orang karena umumnya mereka sibuk memikirkan bulan Ramadhan (megengan) atau Rajab (Rejeban). Satu bulan, yang masih menurut Rasulullah saw, menjadi waktu dilaporkannya amal-amal manusia selama satu tahun kepada Rabbul ‘Izzah.
Itulah jawaban Rasulullah saw, saat ditanya oleh sahabat-nya Usamah bin Zaid. “Wahai rasulullah, aku tidak pernah melihat engkau berpuasa pada satu bulan sebagaimana engkau berpuasa di bulan Sya’ban.” Rasulullah saw menjawab, “Itu adalah bulan yang dilalaikan manusia, antara bulan Rajab dan bulan Ramadhan., dan itu juga merupakan bulan diangkat di dalamnya amal-amal seorang hamba kepada Rabbul alamin. Aku ingin amal-amalku diangkat dalam keadaan aku sedang berpuasa.” (HR. Bukhari Muslim).
Dalam hadits lainnya, Abu Daud meriwayatkan bahwa puasa yang paling disukai Rasulullah saw adalah puasa di bulan Sya’ban, kemudian dilanjutkan dengan puasa di bulan Ramadhan.
Perhatikanlah kesimpulan yang disimpulakn Ibnu Rajab tentang puasa di bulan ini. Ia mengatakan, “Puasa di bulan Sya’ban lebih utama dari puasa di bulan-bulan haram. Amal-amal sunnah yang dilakukan seorang hamba adalah yang paling dekat dengan bulan Ramadhan, sebelum atau sesudahnya. Kedudukan puasa sunnah di bulan ini sama dengan kedudukan sunnah rawatib yang mengiringi shalat wajib sebelum atau sesudahnya. Shaum di bulan ini adalah untuk menyempurnakan kekurangan yang ada dalam amal-amal wajib.”
Apa saja yang sudah kita tunaikan pada hari-hari di bulan ini? Sesungguhnya, meningkatkan amal shalih dan amal ibadah menjadi lebih baik, sulit dilakukan secara tiba-tiba. Jika kita ingin meraih lebih banyak keridhaan Allah dengan meningkatkan amal-amal shalih di bulan Ramadhan, keinginan itu sulit digapai jika kita belum berlatih memperbanyak amal-amal shalih di bulan Sya’ban. Itulah sebabnya para ulajma tazkiyatu nafs, antara lain hujjatul Islam Imam Al Ghazali rahimahumullah, menyebutkan istilah riyadhatu an nufuus atau latihan jiwa, sebagai proses seseorang meningkatkan kualitas ruhani dan jiwanya. Karena jiwa kita memang memerlukan tahap pelatihan, fase memanasan, proses pembiasaan, untuk bisa menjadi lebih baik. Sama saja dengan seseorang yang akan memasuki fase pertandingan fisik. Ia juga harus melewati fase pelatihan, pemanasan, dan adaptasi dengan tuntunan pertandingan yang akan dihadapi.
Perhatikanlah sabda Rasulullah saw dalam hadits tadi. Ketika beliau mengatakan “ dzaaka syahrun yaghfulu an naasu fiihi anhu.” Yang artinya, bulan Sya’ban adalah bulan yang dilalaikan oleh banyak orang. Sabda Rasulullah saw itu menunjukkan bahwa ia terdorong melakukan banyak amal-amal sunnah di bumi ini, antara lain karena pada bulan ini orang banyak yang lupa. Rasul saw lebih bersemangat melakukan amal-amal ibadah ketika banyak orang di sekitarnya yang justru tidak melakukan amal-amal sunnah.
Seperti itu jugalah semangat yang dimiliki para salafushalih. Mereka cenxerung lebih giat beramal di saat-saat banhak manusia lalai dan lupa untuk melakukan amal-amal ibadah di saat tersebut. Lihatlah bagaimana sebagian mereka menyukai aktifitas menghidupkan amal ibadah antara shalat maghrib dan isya’. Itu karena, pada waktu itu banyak manusia yang lalai mengisinya dengan amal ibadah. Lihatlah lagi bagaimana Rasulullah saw menganjurkan kita untuk banyak berdzikir di pasar-pasar. Itu karena pasar adalah tempat yang banyak melalaikan orang dan dipenuhi orang-orang yang lalai. Banyak keistimewaan beribadah di waktu manusia lalai. Terlebih puasa yang menjadi rahasia antara seorang hamba dengan Allah swt. Karena itu pada umumnya shalafushalih selama hidupnya rajin berpuasa sunnah tanpa diketahui orang. Ada di antara mereka yang keluar dari rumahnya ke pasar dengan membawa dua potong roti, lalu ia sedekahkan roti itu kepada fakir miskin. Keluarganya mengira ia membawa bekal makanan itu untuk dimakan di perjalanan, padahal ia tengah berpuasa. Sementara itu orang-orang di pasar mengira ia sudah makan di rumahnya, padahal ia tidak memakan apapun di rumahnya.
Begitulah sampai-sampai sikap menyembunyikan amal-amal sunnah itu menjadi prinsip yang mereka anjurkan. Seperti perkataan Ibnu Mas’ud ra. “Jika suatu pagi kalian berpuasa, maka oleskanlah minyak di bibirmu.” Atau perkataan Qatadah ra yang mengatakan hal serupa. “Seseorang yang berpuasa dianjurkan untuk mengoleskan minyak di bibirnya agar hilang darinya bekas-bekas puasa.” Rahasia lebih disukainya waktu-waktu lalai itu adalah justeru karena pada waktu itu, banyak orang yang berat  melakukan amal-amal shalih. Dan keutamaan amal itu memang dilihat dari sudut kesulitan dan keberatan jiwa melakukannya. Di saat jiwa berat melakukan sesuatu, karena banyak orang yang lalai dan lupa, dan amal itu pun tidak diketahui oleh orang di sanalah nilai amal-amal sunnah itu.
Mari kita berlatih saudaraku. Berlatih untuk lebih banyak membaca lembar-lembar Al Qur’an. Karena bulan Sya’ban menurut salafushalih adalah syahrul qurra, bulan para pembaca Al Qur’an. Mari berlatih mengekang dan mengendalikan hawa nafsu. Berlatih untuk lebih tunduk dan khusyu’ dalam melakukan amal-amal sunnah di waktu sunyi, tanpa ada orang tahu. Berlatih untuk lebih tenggelam dalam bermunajat kepada Allah swt di saat banyak orang-orang yang lalai bermunajat dan menghiba kepada-Nya.
Jangan tunda lagi!!! Karena pada bulan sya’ban amal-amal kita akan diangkat oleh para Malaikat ke langit…
Wallahualam bi shawab.

Tidak ada komentar:

Blog Archive

Arsip Blog