Rabu, 11 Mei 2011

SELALU BERSAMANYA

Setiap kali bangun tidur dan membuka mata yang terucap adalah kalimah Syukur. Bahwa Allah masih mengijinkan kembali menatap fajar. Merasai hembusan bayu pagi yang menyusup celah jendela dan menemui kembali apa yang kemarin sebelum mata terpejam. Semuanya masih seperti sediakala, tidak ada yang berubah.
Melangkah dengan iringan do'a di bibir untuk meneruskan perjalanan kehidupan. Dengan bimbingan-Nya tidak melangkah ke jalan yang salah. Tak menjamah yang bukan hak, tak melihat yang dilarang, tak menjamah yang tak halal, tak mendengar yang bathil, dan tak banyak melakukan yang sia-sia.
Karena setiap waktu yang dilewati pasti akan ditagih tanggung jawabnya. Lantaran semua jalan yang dilalui akan diminta kesaksiannya atas diri. Dan, seluruh indera akan diminta berbicara tentang apa-apa yang perbah tercipta.
Hari ini masih ada yang terus lalai. Masih ada juga  lengah sehingga terus mencipta kesilapan. Walaupun segunung peringatan pernah didengar, mulut masih mengucap dusta, telinga tetap tak mampu membendung irama-irama lalai, dan masih saja ada perbuatan yang salah.
Sedangkan, paling kurang  5 kali sehari lidah mengucap, tangan ini ditadah, dan mata menitikkan butir bening, sekaligus memohon perlindungan dari Allah, dijauhkan dari salah dan dosa. Tetapi, masih juga langkah menuju arah yang keliru.
Setiap hari menangis, setiap hari meminta keampunan, tetapi setiap haru pula berbuat salah. Hari ini mencipta dosa, esok sibuk bersujud, meluluhkan air mata, menyusun kalimah do'a, menganyam permohonan semoga Allah menghapuskannya.
Bagaimanakah jika hari esok tak pernah datang, padahal baru saja seharian ini diri berenang di lautan dosa, belum sempat menghapus noda hari ini, kemarin, sebulan yang lalu. Bagaimana jika Allah tak berkenan membukakan mata setelah sepanjang malam terlelap?
Bagaimana jika pertemuan dan keriangan bersama keluarga semalam adalah yang terakhir kalinya? Ketika esok harinya roh ini melihat seluruh keluarga menangisi jasad diri yang terbujur kaku berselimut kain kafan?
Bagaimana jika matahari esok terbit dari barat, tak seperti biasanya dari timur? Padahal hari ini, belum sempat mengunjungi satu persatu keluarga, kaum kerabat sahabat handai taulan, dan ke pada orang-orang yang pernah tersakiti hatinya oleh lidah dan tindakan diri.
Sudah terlalu lama tak mencium tangan orang tua mencari restu mereka, walaupun tak terhitung salah diri. Belum lagi sempat menderma, setelah derma kecil beberapa tahun lalu yang sering diri banggakan.
Dan jika memang esok tak pernah datang, malanglah diri ini, benar-benar malang, bila belum sempat mencuci dosa sepanjang hidup, bila belum mendengar ungkapan maaf dari orang-orang yang pernah terzalimi, bila belum sempat menyisihkan harta yang menjadi hak orang lain, bila belum sempat meminta ampun atas segala salah dan khilaf yang tercipta.
Sesungguhnya banyak manusia yang takut kepada Allah setelah melihat dosa-dosa yang dilakukan sendiri. Siapa yang kuat menahan malu, andai tahu deretan kesalahan, kedurhakaan, kemaksiatan, dan pelanggaran yang telah terlakukan?
Siapa yang mampu menahan hina tiada tara, jika mengetahui catatan, perilaku buruk yang sudah terlakukan? Siapa yang kuat menahan penyesalan akibat keburukan dan dosa yang kerap terlakukan berulang-ulang?
Satu dosa itu seperti titik hitam di dalam hati. Semakin banyak titik hitam di dalam hati, maka hati menjadi hitam legam tidak lagi bercahaya. Cahaya tertutup oleh titik-titik hitam yang menjadikannya tidak mampu lagi memandang dan menimbang kebenaran.

Ya Allah...
Jadikan kami di antara orang-orang yang dambaannya adalah mencintai dan merindukan-Mu...
yang mampu merintih dan menangisi dosa-dosa diri...
yang memiliki dahi-dahi yang bersujud karena kebesaran-Mu...
yang memiliki mata-mata terjaga dalam mengabdi-Mu...
yang air matanya mengalir karena takur pada-Mu...
yang hati-hatinya terikat cinta kepada-Mu...

Jadikanlah Engkau lebih aku cintai dari pada selain-Mu...
Jadikanlah cintaku pada-Mu membimbingku pada Ridha-Mu
Kerinduanku pada-Mu mencegahku dari maksiat atas-Mu...
Anugerahkan padaku memandang-Mu...
Tataplah diriku dengan tatapan kasih dan sayang-Mu...

Jangan palingkan wajah-Mu dariku...
Jadikan aku daripenerima anugerah dan karunia-Mu...
Hanya engkau pemberi ijabah...
Ya Arhamar Rahimin...

Tidak ada komentar:

Blog Archive

Arsip Blog